Photobucket

Minggu, 21 April 2013

Mereka pun Berhak untuk Hidup


Semua berawal dari lolongan yang memecah keheningan malam. Saya tidak sedang menceritakan perilaku seekor serigala yang berkeliaran di film-film horror, melainkan jeritan pedih seekor anjing yang ditinggalkan majikannya terlantar karena ‘ditugaskan’ menjaga rumah kosong yang terletak tepat di seberang rumah saya.

Kali pertama mendengar suara itu, saya tidak terlalu ambil pusing. Si anjing sering kali menggonggong sesekali selama ia mengemban tugas suci dari sang pemilik di balik pagar yang tertutup rapat oleh fiberglass. Namun, malam itu suaranya terdengar berbeda. Ia tidak menggonggong, melainkan melolong dan itu dilakukan hampir sepanjang malam, diselingi dengan dengkingan. Saya masih tidak ambil pusing sampai keesokan siang saya masih mendengar sang anjing terus bersuara. Kali ini bahkan ditingkahi dengan gonggongan yang bersemangat. Keanehan itu akhirya menarik saya untuk menjebol sedikit fiberglass dan mengintip ke dalam. Astaghfirullah! Saya menemukan seekor anjing berwarna putih yang terjepit di bawah kerangkeng besar berisi anjing besar yang mirip seperti anjing polisi! Mangkuk kaleng kosong tergeletak terbalik, ember hitam yang berada di dalam kerangkeng sudah kosong melompong. Sudah berapa lamakah para anjing itu tidak makan dan minum?

Dengan kenekatan, saya menyiramkan air menggunakan selang ke arah anjing-anjing itu, berharap mereka dapat minum seteguk atau dua teguk air. Seakan mendapat harapan setelah badannya basah, si anjing putih itu berusaha untuk keluar dari jepitan kerangkeng dan dengan usaha kerasnya, ia berhasil! Namun, kondisinya sangat lemah. Bahkan ia tidak mampu untuk mengangkat kepalanya. Si anjing besar, kemungkinan besar campuran rotweiler (saya tahu setelah mengubek-ubek mesin pencari), memberi semangat pada si anjing putih (yang saya tidak tahu sampai sekarang apa jenisnya). Subhanallah…

Tak tahan lagi, saya menghubungi pihak RT dan memutuskan memanjat pagar tetangga saya itu untuk sekadar memberikan makanan kucing saya pada mereka. Saya tidak takut anjing, tapi menghadapi anjing penjaga rotweiler besar, walau terpisah kerangkeng, tak ayal saya ciut juga. Apalagi saya dihadiahi gonggongan penuh kemarahan a la anjing kelaparan. Walau ragu, sang rotweiler makan dengan rakus, sementara si putih sama sekali tidak mau makan. Untuk minum pun harus saya suapi. Akhirnya saya menghubungi penyelamat binatang melalui perantara seorang teman yang pecinta anjing.

Untuk pertama kalinya dalam hidup, saya masuk rumah orang tanpa permisi empunya, bahkan mendobrak pagarnya demi menyelamatkan seekor anjing yang menderita. Dengan bantuan para penyelamat binatang itu, si anjing putih diangkat perlahan. Ajaibnya, anjing itu tersadar dan mengangkat kepalanya sedikit. Kami tadinya ingin menyelamatkan sang rot, tapi melihat ia yang menggeram dan kerangkeng yang digembok rapat, kami memutuskan untuk menyelamatkan si putih terlebih dulu. Para penyelamat binatang itu langsung membawa si putih, yang kemudian kami beri nama Hope, ke dokter hewan. Sayangnya, hanya satu jam setelah ia ditangani dokter, Hope mengembuskan napas terakhir. Namun, kami lega karena ia mati tidak dalam kesendirian.

Proses evakuasi Hope dengan mematahkan jeruji pagar

Seminggu setelah penyelamatan aksi Hope, setiap hari saya memanjat pagar dua kali sehari untuk memberi makan Thunder, nama pemberian kami untuk sang rot. Bahkan, Allah memberi rezeki berupa beberapa kaleng makanan anjing yang saya menangkan dari sebuah kuis. Sayangnya lagi, aksi tersebut terhenti saat sang majikan akhirnya datang dan tidak suka saya memberi makan Thunder (dan sepertinya ia memindahkan kandang Thunder diam-diam ke dalam rumah).

Saya baru benar-benar aware ternyata banyak sekali binatang terlantar atau diperlakukan begitu buruk, bahkan oleh majikannya sendiri. Dan ternyata ada orang-orang yang begitu care pada binatang-binatang malang ini tanpa mengharap imbalan atau jasa. Yang mereka harapkan hanyalah keselamatan binatang-binatang itu. Saya jadi malu, ke mana saja saya selama ini? Andaikan saya lebih tanggap, mungkin nyawa Hope bisa diselamatkan saat ini. Namun, apa yang sudah terjadi sudah merupakan takdir-Nya. Saya bersyukur menjadi Srikandi sehari ikut serta dalam penyelamatan Hope.

Semoga para majikan bertanggung jawab terhadap peliharaannya sehingga tidak ada lagi Hope-Hope lain. Insya Allah saya terus dapat menunaikan kewajiban saya sebagai majikan para peliharaan saya.

Foto ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan: Sehari Menjadi Srikandi

. 


6 komentar:

  1. Selamat memeringati Hari Kartini 2013.
    Terima kasih atas partisipasi sahabat dalam Kontes Unggulan Sehari Menjadi Srikandi
    Nantikan pengumuman hasilnya tanggal 1 Mei 2013
    Salam hangat dari Surabaya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih, Pak. Syukurlah bisa ikutan berpartisipasi walau waktunya mepet banget ^^

      Hapus
  2. aku ingat kisah Thunder :|
    kasihan ...

    jadi inget doggie, apa kabar dia sekarang ya :'(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thunder sih kemungkinan ada di DALAM rumah. Aku ga bs denger suaranya kecuali pas majikannya datang :(

      Hapus
  3. Tega benar pemiliknya ya ...
    kok ditelantarkan begitu peliharaannya

    salam saya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku nggak tahu. Katanya sih dia ga bawa anjing2 itu ke rumah yg baru dan si anjing harus ngejaga barang2 di rumah lama...

      Hapus