Photobucket

Rabu, 03 April 2013

Mengerti Kastil Es dan Air Mancur yang Berdansa


Di tengah serbuan bernuansa Korea di rak buku saya, ada beberapa buku yang mengambil seting di bagian lain Bumi ini, salah satunya Kastil Es dan Air Mancur yang berdansa. Ditulis oleh Prisca Primasari yang saya kenal sebagai editor salah satu buku kesukaan saya. Nuansa Rusia dan Prancis yang kental di kover buka membuat saya penasaran.

 Penulis; Prisca Primasari
Terbitan: Gagasmedia

Sinopsis
Vinter
Seperti udara di musim semi,
kau begitu gelap, muram, dan sedih.
Namun, pada saat bersamaan, penuh cinta
berwarna putih. Bagaikan salju di Honfleur yang
berdansa diembus angin ....

Florence
Layaknya cuaca pada musim semi,
kau begitu terang, cerah, dan bahagia.
Namun, pada waktu bersamaan, penuh air mata
tak terhingga. Bagaikan bebungaan di Paris
yang terlambat berseri....

Merasa kedua orangtuanya kelewatan karena menjodohkannya dengan seorang pria yang bahkan tidak Florence kenal, gadis itu memilih melarikan diri di hari pertemuan mereka. Karena kecerobohannya, Florence malah terlibat masalah dengan seorang pria bernama Vinter Vernalae di SaintLazare, Prancis. Akhirnya, Florence malah menjadi penyelamat Vinter dengan mengadakan pertunjukan tunggal di hadapan Zima, sahabat Vinter yang pemarah. Florence tidak memungkiri kalau ia menyukai Vinter dan pria itu pun merasakan hal yang sama. Hanya saja, Vinter telah memiliki seorang wanita yang menunggunya .... Apakah cinta Florence harus kembali kandas seperti sebelumnya?

Lambat. Itulah yang saya rasakan saat membaca novel ini. Dibuka dengan manis dan menarik, saya harus misuh-misuh saat alur cerita melambat secara signifikan yang berbanding lurus dengan kecepatan saya membaca. Saya semakin malas membaca mendekati setengah halaman dan nyaris baca sekilas-sekilas mendekati akhir. Sayang sekali karena dengan pembukaan yang cukup menggugah perhatian saya, entah kenapa alurnya jadi pelan-pelan begitu.

Setelah menceritakan mengenai apa saja yang dilakukan Florence dan Vinter di kediaman Zima, dikejar-kejar sobat Florence, Celine, dan kembali pulang, alur tiba-tiba melonjak maju dengan kecepatan meningkat drastis sehingga hal-hal mendetail yang bertaburan di bagian awal langsung lenyap begitu saja.

Kisah awal cinta antara Florence dan Vinter yang berlangsung selama, mungkin, 3 hari kurang terasa bling-bling-nya. Setidaknya saya menginginkan sesuatu yang mengguncang yang mampu membuat Florence jatuh cinta dan begitu juga sebaliknya. Bukan hanya sekadar ‘ada sesuatu di diri dia’, tapi sesuatu yang lebih nyata. Kisah cinta Florence dan Vinter pun terasa tidak ada halangan berarti...

Seperti juga alurnya yang mengalir tenang dan nyaris tidak ada konflik berarti, saya terpana membaca ‘penyelesaian’ cerita ini. Pada akhirnya, semua kembali pada kebetulan takdir. Ternyata ujungnya kembali pada Monsieur dan Madame Leroy.... *sigh* Akan lebih baik (untuk saya) jika Vinter dan Florence murni tidak memiliki hubungan apa-apa di balik segala kisah cinta mereka. Mungkin hal ini dapat memberi sedikit gejolak pada arus cerita yang terlalu tenang ini.

Saya juga merasakan karakter Florence maupun Vinter terlalu sempurna. Florence, seorang siswa seni yang ‘biasa-biasa saja’, entah bagaimana mampu menampilkan pertunjukan lengkap seorang diri yang mampu membuat Zima si pemarah menyimpan secuil kekaguman. Vinter sendiri, yang memiliki masa lalu kelam, terlalu cool dan ‘tinggi’ untuk digapai. Yah, untuk saya mereka kurang manusiawi.

Dengan kover bernuansa Prancis dan Rusia, saya kurang merasakan kedua negara itu di dalam cerita walaupun Prisca mampu memasukkan beberapa hal yang menandakan bahwa seting ceritanya ada di negara barat ini. Sayangnya (lagi), saya tidak bisa benar-benar menangkap apa maksud judul ‘Kastil Es dan Air Mancur yang Berdansa’ ini. Tentu kalau dikait-kaitkan, ada hubungannya dengan isi cerita. Tapi, apa yang ingin disampaikan sesungguhnya apa masih kabur di benak saya.

Walau begitu, seperti khas novel Gagas (belakangan ini) lainnya, novel Prisca ini dikemas dengan cantik. Nuansa birunya meneduhkan. Tata letak bagian dalamnya juga cukup menarik dengan adanya tambahan ornamen-ornamen. Hanya saja, saya merasa ukuran huruf yang digunakan cukup besar. Mungkin maksudnya agar jumlah halamannya agak tebal? Pengeditannya juga cukup baik walaupun ada beberapa halaman yang sepertinya lolos pemeriksaan.

Mungkin saya adalah seorang Snegurochka saat  membaca novel ini. Apa yang saya baca meleleh menjadi aliran air yang lenyap begitu saja saat selesai membacanya... Lalu, sebenarnya apa itu Kastil Es dan Air Mancur yang Berdansa selain sebagai judul gubahan-apalah-itu-saya-lupa? Mungkin hanya saya saja yang tidak menangkap maksudnya....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar