Di tengah serbuan bernuansa Korea
di rak buku saya, ada beberapa buku yang mengambil seting di bagian lain Bumi
ini, salah satunya Kastil Es dan Air
Mancur yang berdansa. Ditulis oleh Prisca Primasari yang saya kenal sebagai
editor salah satu buku kesukaan saya. Nuansa Rusia dan Prancis yang kental di
kover buka membuat saya penasaran.
Penulis; Prisca Primasari
Terbitan: Gagasmedia
Sinopsis
Vinter
Seperti udara di musim semi,
kau begitu gelap, muram, dan sedih.
Namun, pada saat bersamaan, penuh cinta
berwarna putih. Bagaikan salju di Honfleur yang
berdansa diembus angin ....
Florence
Layaknya cuaca pada musim semi,
kau begitu terang, cerah, dan bahagia.
Namun, pada waktu bersamaan, penuh air mata
tak terhingga. Bagaikan bebungaan di Paris
yang terlambat berseri....
Merasa kedua orangtuanya
kelewatan karena menjodohkannya dengan seorang pria yang bahkan tidak Florence
kenal, gadis itu memilih melarikan diri di hari pertemuan mereka. Karena
kecerobohannya, Florence malah terlibat masalah dengan seorang pria bernama
Vinter Vernalae di SaintLazare, Prancis. Akhirnya, Florence malah menjadi
penyelamat Vinter dengan mengadakan pertunjukan tunggal di hadapan Zima,
sahabat Vinter yang pemarah. Florence tidak memungkiri kalau ia menyukai Vinter
dan pria itu pun merasakan hal yang sama. Hanya saja, Vinter telah memiliki
seorang wanita yang menunggunya .... Apakah cinta Florence harus kembali kandas
seperti sebelumnya?
Lambat. Itulah yang saya rasakan saat membaca novel ini. Dibuka
dengan manis dan menarik, saya harus misuh-misuh saat alur cerita melambat
secara signifikan yang berbanding lurus dengan kecepatan saya membaca. Saya
semakin malas membaca mendekati setengah halaman dan nyaris baca
sekilas-sekilas mendekati akhir. Sayang sekali karena dengan pembukaan yang
cukup menggugah perhatian saya, entah kenapa alurnya jadi pelan-pelan begitu.
Setelah menceritakan mengenai apa
saja yang dilakukan Florence dan Vinter di kediaman Zima, dikejar-kejar sobat
Florence, Celine, dan kembali pulang, alur tiba-tiba melonjak maju dengan
kecepatan meningkat drastis sehingga hal-hal mendetail yang bertaburan di
bagian awal langsung lenyap begitu saja.
Kisah awal cinta antara Florence
dan Vinter yang berlangsung selama, mungkin, 3 hari kurang terasa bling-bling-nya. Setidaknya saya
menginginkan sesuatu yang mengguncang yang mampu membuat Florence jatuh cinta
dan begitu juga sebaliknya. Bukan hanya sekadar ‘ada sesuatu di diri dia’, tapi
sesuatu yang lebih nyata. Kisah cinta Florence dan Vinter pun terasa tidak ada
halangan berarti...
Seperti juga alurnya yang
mengalir tenang dan nyaris tidak ada konflik berarti, saya terpana membaca
‘penyelesaian’ cerita ini. Pada akhirnya, semua kembali pada kebetulan
takdir. Ternyata ujungnya kembali pada Monsieur dan Madame Leroy.... *sigh*
Akan lebih baik (untuk saya) jika Vinter dan Florence murni tidak memiliki
hubungan apa-apa di balik segala kisah cinta mereka. Mungkin hal ini dapat
memberi sedikit gejolak pada arus cerita yang terlalu tenang ini.
Saya juga merasakan karakter
Florence maupun Vinter terlalu sempurna. Florence, seorang siswa seni yang
‘biasa-biasa saja’, entah bagaimana mampu menampilkan pertunjukan lengkap
seorang diri yang mampu membuat Zima si pemarah menyimpan secuil kekaguman. Vinter
sendiri, yang memiliki masa lalu kelam, terlalu cool dan ‘tinggi’ untuk digapai. Yah, untuk saya mereka kurang
manusiawi.
Dengan kover bernuansa Prancis
dan Rusia, saya kurang merasakan kedua negara itu di dalam cerita walaupun
Prisca mampu memasukkan beberapa hal yang menandakan bahwa seting ceritanya ada
di negara barat ini. Sayangnya (lagi), saya tidak bisa benar-benar menangkap
apa maksud judul ‘Kastil Es dan Air Mancur yang Berdansa’ ini. Tentu kalau
dikait-kaitkan, ada hubungannya dengan isi cerita. Tapi, apa yang ingin
disampaikan sesungguhnya apa masih kabur di benak saya.
Walau begitu, seperti khas novel
Gagas (belakangan ini) lainnya, novel Prisca ini dikemas dengan cantik. Nuansa
birunya meneduhkan. Tata letak bagian dalamnya juga cukup menarik dengan adanya
tambahan ornamen-ornamen. Hanya saja, saya merasa ukuran huruf yang digunakan
cukup besar. Mungkin maksudnya agar jumlah halamannya agak tebal? Pengeditannya
juga cukup baik walaupun ada beberapa halaman yang sepertinya lolos
pemeriksaan.
Mungkin saya adalah seorang
Snegurochka saat membaca novel ini. Apa
yang saya baca meleleh menjadi aliran air yang lenyap begitu saja saat selesai
membacanya... Lalu, sebenarnya apa itu Kastil
Es dan Air Mancur yang Berdansa selain sebagai judul gubahan-apalah-itu-saya-lupa? Mungkin hanya saya saja yang tidak menangkap maksudnya....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar