Seven Days
by Rhein Fathia
www.rheinfathia.com
"Anggap ada yang mau bayarin kamu jalan-jalan
ke mana aja, nggak peduli berapa biayanya. Kamu diberi waktu selama
TUJUH HARI dan harus mengajak SATU orang saja. Ke mana kamu akan pergi
traveling, sama siapa, dan apa alasannya?"
Bagaimana jika mendadak ada orang yang akan membiayai aku berplesir secara GRATIS? *terdiam sesaat* Baiklah, jika kesempatan itu benar-benar datang, aku akan menghabiskan waktu bersama almarhum Papa. Ke mana? Tidak ke mana-mana. Lho? Iya, karena aku maupun Papa bukan tipe orang yang suka berjalan-jalan.. Kami berdua pergi ke suatu tempat karena memiliki tujuan. Andaikan tidak sekalipun, kami tidak akan berlama-lama di satu toko saat window shopping. Oleh karena itu, biasanya aku bisa mengerti saat Papa harus menemani Mama berbelanja :))
Anyway, tapi karena ini adalah berandai-andai, aku akan melakukannya. Jika diberikan kesempatan untuk bertemu Papa lagi DAN ada yang membiayai perjalanan kami selama tujuh hari, aku akan mengajak Papa bersilaturahmi. Hal terakhir yang kami bahas beberapa hari sebelum Papa berpulang adalah bersilaturahmi. Dengan sanak keluarga dan saudara yang tersebar di mana-mana, apakah kita hanya mengandalkan teknologi untuk bertegur sapa? Waktu itu aku bercanda, "Yang penting doanya, Pa. Biar jarak memisahkan, Insya Allah doa akan sampai, kok." Dan JRENG, Allah mengambil Papa ....
Aku seakan diingatkan Allah bahwa selain doa, selama kita ada umur, janganlah kita membenamkan diri pada pekerjaan atau hal lainnya. Ada orang-orang yang menanti kita, bukan via telepon, Twitter, Facebook, atau Skype, melainkan mengetuk pintu pagar, mengucap salam, dan mungkin sebuah jabat tangan atau peluk hangat. Betapa teduh hati ini saat melihat senyum terkembang si empunya rumah melihat siapa yang berdiri di luar rumahnya.
Tujuh hari bersama Papa, bersilaturahmi keliling Indonesia. Oke, ralat, mungkin keliling Pulau Jawa. Bertemu para kenalan, meminta maaf pada mereka, sekaligus berpamitan. Aku akan menemaninya, berbagi rindu juga cerita. Mungkin juga menyempatkan diri untuk menikmati ubi cilembu atau jagung urap kesukaan kami sepanjang jalan. Tambahkan juga nasi goreng kampung ke dalam kuliner yang harus kami cicipi berdua. Dan saat kesempatan tujuh hari itu akan berakhir, aku akan mengantarkan Papa kembali ke peristirahatan terakhirnya, memeluknya, dan berharap suatu saat nanti aku dapat bertemu lagi dengannya di sisi Allah. Insya Allah di surganya, amin.
In memoriam of my beloved Dad. I love you and always miss you.
Jakarta, 7 Maret 2013.
Tulisan ini diikutkan dalam Kuis Novel Seven Days di sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar