Selasa, 19 Maret 2013
Mengetes Komitmen dengan Test pack
Judul: Test Pack
Penulis: Ninit Yunita
Penerbit: Gagas Media
Jumlah Halaman: 200 halaman
Will you still love them, then?
That's why you need commitment.
Don't love someone because of what/how/who they are.
From now on, start loving someone
because you want to.
Saya telat mengetahui novel berjudul Test Pack ini. Tidak, bukan setelat sampai film diputar dan baru tahu kalau ini based on a novel Yang pasti, mungkin ini adalah novel lokal pertama yang mengalami cetak ulang lebih dari delapan kali yang PERNAH SAYA BACA <== sengaja menekankan bagian ini.
Test Pack bercerita mengenai Tata yang pusing bin sedih karena belum juga hamil setelah menikah tujuh tahun dengan Rahmat. Berbagai macam cara telah dilakukan oleh Tata, dari yang masuk akal sampai yang agak-agak absurd, tapi usahanya masih gagal. Padahal, Rahmat yang berprofesi sebagai pengacara tidak pernah memusingkan hal tersebut. Baginya, menikah itu adalah mencintai Tata, dengan atau tanpa anak. Saat kesetiaan diuji oleh kesalahpahaman, apa sebuah komitmen dapat diganggu gugat?
Apa adanya kamu, lengkapi aku.
Mungkin ini salah satu quote paling terkenal dalam Test Pack, sederhana tapi sangat cetar membahana dan saya yakin hampir semua makhluk di dunia mengharapkan mendengarkan kalimat ini dari pasangannya (termasuk saya). Untuk saya, Rahmat adalah tipe pria yang terlalu sempurna. Bukan secara fisik tentunya (walau digambarkan juga, sih, kalau Rahmat itu punya penampilan fisik di atas standar), tapi hatinya bak malaikat sekali. Tidak semua wanita dikaruniai seorang pasangan yang mau menerima keadaan tidak punya anak dengan alasan cinta. Bahkan, Rahmat lebih membela Tata dibandingkan tuntutan orangtuanya yang sudah tidak sabar memomong cucu.
Ya, masalah yang dihadapi Rahmat dan Tata bukan milik pribadi. Banyak pasangan lain yang juga berjuang keras mendapatkan anak, tapi belum diizinkan oleh yang Sang Maha Kuasa. Awalnya saya merasa ini hanya novel 'biasa'. Tapi, ternyata Ninit Yunita mampu memberikan sentuhan 'tidak biasa' melalui pergantian tokoh utama 'aku' sebagai gue dan gua. Pembaca tidak perlu takut bingung karena di cetakan ke-8 ini jelas sekali siapa yang sedang mengambil alih cerita melalui ikon karangan bungan atau dasi di bagian awal cerita. Bisa ditebak, kan, siapa yang memerankan masing-masing ikon ini?
Nah, Ninit dengan lihainya menyisipkan masalah-masalah dan kesalahpahaman dalam hubungan Rahmat dan Tata sehingga hubungan mereka yang awalnya harmonis mulai merenggang. Rahmat bingung setengah mati kenapa Tata ngamuk-ngamuk padanya sampai meminta cerai, sementara Tata sakit hati karena mengira Rahmat sudah tidak ingin meneruskan hubungan mereka. Ada orang ketiga, tapi tokoh ini tidak terlalu 'penting' sehingga saya tidak perlu merasa sebal dengan tokoh antagonis yang minta ditampar. Yang ada hanya Rahmat dan Tata sejak awal, tengah, sampai akhir. Jangan lupa, Ninit juga memberikan ending yang mungkin 'bahagia', tapi tetap ada efek kejutannya yagn bikin saya iri berat dengan hubungan di antara kedua tokoh utama ini.
Saya tidak mengecek edisi lain Test Pack, jadi saya tidak dapat membandingkan isinya. Tapi, saya menyukai tata letak novel yang saya punya ini. Ukuran teks tidak terlalu besar atau kecil, pokoknya nyaman. Ditambah lagi ada ornamen-ornamen kiyut, tapi memiliki 'arti' yang membuat saya betah berlama-lama memelototinya. Pihak editorial juga bekerja cukup baik dengan menjaga mutu editan sehingga tidak banyak kesalahan ketik.
Oh, ya, saya juga salut dengan Ninit yang berhasil memadatkan cerita ini sehingga saya tidak merasa ada bagian-bagian yang bertele-tele. Mungkin yang saya sayangkan adalah penyelesaian segala permasalahannya yang terasa agak terburu-buru. Andai ditambahkan sedikit detail, mungkin akan lebih memberikan greget. Ninit juga mampu menjaga ciri khas masing-masing karakter, sehingga tanpa perlu menebak-nebak, saya langsung tahu siapa yang sedang bercerita.
Oke, karena novel ini sudah diangkat ke layar lebar, boleh, dong, membandingkan sedikit? Seperti film lainnya yang diangkat dari buku, saya tidak berharap ceritanya akan sama persis plek (walaupun harapan itu tetap ada). Jika di novel cerita lebih difokuskan pada Rahmat dan Tata, di film ada porsi tambahan bagi 'si orang ketiga'. Dan si orang ketiga ini memiliki tipe yang ingin dibenci di awal, tapi akhirnya kita dibawa bersimpati juga di akhir...
Para bintang yang memerankan Rahmat (Reza Rahardian) dan Tata (Acha Septriasa) berhasil menghadirkan kedua karakter dengan alami. Penuh cinta di antara mereka, walau dialog Acha beberapa kali terasa kaku. Saya tertawa saat mereka berkonsultasi pada Dr. Peni S. Yang tidak saya sukai di filim ini, seperti juga di rata-rata film Indonesia lainnya, adalah ukuran rumah yang terlalu megah untuk mereka berdua. Jika di buku digambarkan tingkat ekonomi Rahmat dan Tata mungkin 'sekadar' menengah atas, maka di film mereka masuk dalam golongan menengah atas. Mungkin saja setelah 7 tahun membanting tulang mereka dapat membeli rumah semewah itu, tapi mengingat ukuran rumah tidak terlalu berpengaruh pada cerita secara keseluruhan, untuk saya akan lebih baik bila pihak sutradara, produser, siapa saja, memilih rumah yang lebih biasa dan masuk akal. Berberapa adegan di buku mampu diterjemahkan dengan benar di filmya. Good job.
Untuk yang belum membaca atau menonton Test Pack, saya bisa merekomendasikan untuk melakukan keduanya karena keduanya memiliki nilai lebih. Versi tulisan akan membuat Anda terkesima dengan kepiawaian cara bertutur Ninit Yunita. Versi visual akan membuat Anda terkagum-kagum dengan akting Reza Rahardian dan Acha Septriasa
Menikah bukan akhir, melainkan sebuah awal... Tidak hanya dibutuhkan cinta, tapi juga komitmen, untuk menjalankannya. Apa Anda siap?
I love you... because I want to.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar