Photobucket

Rabu, 13 Maret 2013

Menuju Tatanan Baru Shatter Me


Penerbit: Mizan
Harga: Rp65.000
Penulis: Tahereh Mafi


Mirip The Hunger Games. Itulah yang terlintas di benak saya ketika mulai membaca. Ada seorang gadis berusia 16-17 tahun, pemuda yang sebaya, dan dunia yang ‘baru’. 

Cerita dibuka dengan Juliette Ferrars yang dikurung di rumah sakit jiwa selama 264 hari. Namun, di hari ke-265, Juliette dihadiahi seorang teman sekamar baru, pemuda yang usianya kira-kira sebaya dengannya. Dunia hening dan kesepian Juliette sedikit demi sedikit berubah. Pemuda itu, Adam, berusaha berkenalan dan menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Juliette, tetapi gadis itu tidak terbiasa. Ia ingin menyentuh Adam, tapi ia tidak dapat melakukannya, karena... ia dapat membunuh Adam!

Sebelum Juliette dapat memahami apa yang terjadi, mendadak ia dipindahkan dengan paksa ke sebuah kamar yang cukup mewah, dengan makanan berlimpah dan pakaian selemari. Ia bertemu dengan Warner, pemimpin Tatanan Baru yang tertarik dengan kemampuan Juliette. Apakah Juliette akan menyambut uluran tangan Warner membalaskan dendam gadis itu karena telah dikucilkan seumur hidupnya? Ataukah Juliette harus percaya pada Adam, pemuda yang ternyata memiliki misi khusus dengan mendekatinya?

Oh, wow.

Saya tidak dapat berhenti membaca Shatter Me. Cara Tahereh Mafi bertutur dengan sudut pandang orang pertama sangat menarik. Ia berhasil memaparkan semuanya secara adil. Juliette tidak hanya berkeluh kesah, tapi ia dapat menyampaikan gambaran situasi, masa lalu, dan semuanya secara seimbang. Saya tidak merasa kesal Juliette bergalau ria karena ia memang tidak melakukannya. Kalau Bella Swan sibuk merutuki nasibnya yang malang sepanjang Twilight, maka Juliette lebih banyak mempertanyakan apa yang harus ia lakukan untuk memperbaiki semua.

Baru kali ini saya membaca novel yang menggunakan kata kalimat coret sampai halaman terakhir. Awalnya terasa lucu, tapi setelah saya baca dengan saksama, saya merasa kalau Juliette berusaha untuk menyampaikan apa yang dirasakannya dengan baik dan benar, agar tidak membuat orang lain salah paham, bukan sekadar menggoreskan keunikan cara penulisan semata.

Karena bergerak maju adalah satu-satunya cara untuk bertahan.

Tak susah untuk jatuh cinta pada Juliette atau Adam. Juliette sejak kecil telah memiliki kemampuan yang membuatnya tidak bisa sembarangan menyentuh orang lain. Walaupun Juliette dibuang oleh orangtuanya dan dijauhi teman-temannya, ia terus tabah dan sabar. Dan optimis. Bahkan selama ia dikurung dalam ruangan persegi yang begitu menyesakkan di rumah sakit jiwa, ia sama sekali tidak menangis. Ia masih memiliki harapan untuk masa depan yang lebih baik.

Adam sendiri adalah seorang pemuda yang misterius pada awalnya. Ia seperti orang yang tidak tahu kenapa harus dijebloskan ke dalam kamar bersama salah satu orang yang dianggap berbahaya oleh negara. Namun, siapa sangka kalau ia ternyata seorang tentara yang disusupkan untuk ‘menjebol’ pertahanan Juliette?
Hal lain yang menarik adalah masa lalu Juliette dan Adam. Betapa hal yang saya kira kebetulan ternyata bukan sekadar kebetulan. Tahereh berhasil mengatur plot dan alurnya secara solid. Apa yang muncul di awal, ternyata menjadi petunjuk di akhir. Atau sebaliknya. Dengan lihai, ia membawa pembaca ke masa lalu dan masa kini tanpa kita merasa terganggu. Dan apa yang ada di antara Juliette dan Adam bukan juga sekadar kisah cinta biasa. Atau hubungan yang dipaksakan karena kebetulan keduanya adalah tokoh utama kita. Saya dapat merasakan chemistry di antara mereka. Hubungan yang mereka mulai bahkan sebelum keduanya saling mengenal.

Karakter lain yang menarik adalah Kenji, sahabat Adam di ketentaraan. Keberadaan pemuda yang ceria ini juga bukanlah kebetulan. Kehadirannya menjadi ‘penyelamat’ bagi Juliette dan Adam yang menjadi buronan setelah mereka berhasil melarikan diri dari Warner. Kenji pun menjadi penyelamat bagi pembaca dengan dialog-dialog segarnya yang dapat memancing senyum di tengah-tengah keseriusan membaca.
Salut terhadap Dina Begum, sang penerjemah, yang dapat menuliskan ulang karya Tahereh Mafi ini dalam tata bahasa yang mengagumkan. Saya jadi membayangkan andaikan Tahereh benar-benar menuliskan novel ini dalam Bahasa Indonesia, akan seperti apakah hasilnya? Salut juga untuk Prisca Primasari selaku editor dan Yunni Yuliana si proofreader yang dapat menjaga kenikmatan saya membaca dengan sedikitnya kesalahan ketik di sepanjang novel ini. Saya juga menyukai tata letak Shatter Me yang sederhana, tapi tidak membuat mata saya lelah membacanya.

Sebelum membaca buku ini, saya sempat melihat kover asli Shatter Me. Awalnya saya merasa kover itu lebih bagus daripada edisi terjemahannya. Ternyata, setelah saya terjerat pada pesona Juliette dan Adam, saya kerap memandangi kover edisi terjemahan dan membayangkan rupa Juliette, juga seting dunia tempat para karakter yang saya sayangi ini hidup. Saya langsung membayangkan akan seperti apakah jika Shatter Me ini diangkat menjadi film? Saya bisa jatuh cinta pada Adam! Efek hologramnya membuat novel ini menarik perhatian di rak buku saya (juga di toko buku). Sayangnya, lapisan hologramnya agak mudah terkelupas, jadi saya harus buru-buru menyampul novel saya sebelum saya menyesalinya nanti.

Keadaan sedang berubah, tapi kali ini aku tidak takut. Kali ini aku tahu siapa diriku. Kali ini aku membuat keputusan yang benar dan aku berjuang untuk tim yang benar. Aku merasa aman. Percaya diri.

Juliette mengajarkan kita untuk mengikuti kata hati. Walaupun penderitaan dan ujian datang mendera, bukan berarti kita membalasnya dengan kejahatan yang sama pula. Andai Juliette memilih untuk membalas dendam, ia akan berada di sisi Warner, bukannya Adam. Memanfaatkan segala kemampuannya untuk melancarkan kesedihan dan kepedihan hati pada orang-orang yang pernah menyakiti Juliette dulu. Namun, tidak. Juliette memilih untuk terus berjuang....

Juliette memiliki Adam. Orang yang menyayangi dengan tulus, melihat nilai diri kita sesungguhnya tanpa diburamkan oleh tampilan luar atau omongan orang. Adam secara tidak langsung menjadi pondasi kuat Juliette untuk terus melihat ke depan. Namun, andaikan Adam tidak ada, apa yang harus dilakukan Juliette? Banyak Juliette yang mungkin beruntung bertemu orang yang begitu berharga dalam hidup, tapi bukan berarti Juliette lainnya yang masih ‘sendiri’ memilih jalan yang salah karena insya Allah ada seseorang di luar sana yang peduli pada kita.

Akan ada burung hari ini. Bulunya berwarna putih berbintik-bintik keemasa bagai mahkota di atas kepalanya. Burung itu akan terbang.

Mirip The Hunger Games. Salah, Shatter Me setipe dengan The Hunger Games, tapi ia memiliki alur cerita yang jauh berbeda, juga sifat karakter yang tak kalah bertolakbelakangnya. Satu hal yang sama: keduanya membuat saya terjerat, tergila-gila, dan tak sabar menanti lanjutannya.

3 komentar:

  1. Dear, resensi buku ini ga bisa diikutkan dalam Indonesian Romance Reading Challenge karena ini novel terjemahan. Thanks.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak, maaf khilaf :) Pdhl udah tahu ga bs malah salah masukin link :( Kupost link yg baru yaa.

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus