Judul
: So, I Married The Anti-Fan
Pengarang
: Kim Eun Jeong
Penerbit
: Penerbit Haru
Halaman
: 540 Halaman
Tahun
Terbit : Cetakan I, Maret 2011
Kategori
: Fiksi, Romance, Showbiz
Harga
: Rp. 60.000,-
ISBN
: 978-602-98325-4-9
Bagaikan air dan minyak, sampai kapan pun tidak akan bisa bersatu.
Geun Yong adalah wanita biasa-biasa saja. Pekerjaannya
juga tidak ada yang menonjol. Pacar pun tak punya, membuat orangtuanya di
kampung misuh-misuh menyuruhnya untuk segera menikah. Jadi, saat pemecatan
menghantam Geun Yong, ia memilih untuk bangkit melawan si biang kerok, Hu Joon,
tanpa menyadari bahwa tindakannya itu akhirnya menjadi salah satu titik balik
dalam kehidupannya. Sampai kapan pun, Geun Yong tidak akan memaafkan Hu Joon! Memang,
sih, gara-gara Geun Yong juga yang membuat Hu Joon naik pitam sehingga meminta
kantor Geun Yong memecatnya. Tetapi, Hu
Joon tidak berhak melakukan itu, kan?
Variety show ini bagaikan keliling dunia dalam satu minggu. Mustahil!
Karena terpaksa dan iming-iming 10 juta won, juga
kenyataan kalau Geun Yong kini terlunta-lunta, wanita itu menerima tawaran PD
Han untuk mengisi acara ‘So, I Married the Antifan’. Publik yang melihat
perseteruan Geun Yong dan Hu Joon yang makin meruncing membutuhkan ‘bukti’
kalau Geun Yong memang pantas disalahkan. Sampai kapan pun, Hu Joon hyung tidak mungkin bersalah, kan? Dan
Geun Yong sendiri langsung menyadari kalau ia mengambil keputusan yang salah.
Anak itu seperti leggings. Tidak jelas mana depan dan mana belakangnya.
Hu Joon sendiri cukup stres harus berhadapan dengan
Geun Yong yang meledak-ledak dan tak mau kalah. Geun Yong sangat berbeda dengan
para fan Hu Joon, atau In Hyong, mantan pacar Hu Joon yang membuat pria ini
belum bisa move on. Tapi, bersama
Geun Yong, Hu Joon dapat menjadi dirinya sendiri. Tidak perlu menjaga image-nya sebagai seorang aktor yang
dipuja-puja ....
Keluarga itu seperti pembuka kaleng yang hilang di saat haus. Kalau tidak
ada, repot, kan?
Seperti halnya Hu Joon, Geun Yong juga menemukan sisi
lain sang aktor yang membuat pria itu terlihat manusiawi. Ternyata, Hu Joon
tetaplah pria biasa yang terluka akibat cintanya di masa lalu. Geun Yong mulai
melunak terhadap Hu Joon, tanpa menyadari kalau dirinya mulai tertarik pada Hu
Joon J
Ciuman sehabis minum alkohol itu keberuntungan belaka. Jangan dipercaya.
Geun Yong mulai bingung terhadap perasaannya sendiri,
juga perasaan Hu Joon. Sebenarnya pria itu menyukainya atau tidak? Atau apakah
In Hyong tidak akan pernah hilang dari hati Hu Joon? Ataukah Geun Yong cukup
melupakan cinta yang tumbuh di hatinya?
Aku selalu mengharapkan kesempatan karena aku selalu ketinggalan.
So, I Married the Anti-fan adalah buku
Penerbit Haru pertama yang kubaca. Membaca review teman-teman membuatku
tertarik ditambah dengan sinopsis cerita yang walaupun klise tapi tak lekang
oleh waktu. Sayangnya, aku agak kesulitan mengikuti cerita di novel ini. Entah
apa yang salah atau kurang, tapi aku harus membaca di beberapa bagian cukup
lama hanya untuk mengerti apa maksudnya.
Aku juga kurang merasakan greget dalam hubungan Hu
Joon dan Geun Yong. Mereka terlalu sering digambarkan berselisih paham,
sehingga saat adegan romantisnya kurang digarap, terasa lewat begitu saja
*gigit bantal* Aku juga merasa banyak tokoh yang muncul dengan nama yang agak
mirip sehingga aku sering berhenti sejenak untuk mengingat, “Ini siapa, ya?”
Overall, aku agak terganggu dengan tata letak novel ini.
Jarak dari tepi bawah buku ke teks mepet sekali. Andaikan hal itu dilakukan
untuk memanfaatkan seluruh ruang kertas, kenapa tidak memperkecil jarak antar
baris? Jenis huruf dan ukuran font yang digunakan untuk catatan kaki juga
terlalu mirip sehingga aku sering membacanya sebagai bagian dari novel, bukan
sekadar catatan kaki -,- Saranku juga, bedakan jenis font untuk penomoran
halaman biar tidak ambigu dengan naskah novelnya sendiri.
Anyway, aku suka dengan ilustrasi dan quotes yang muncul di novel ini. Lagi-lagi sayang, entah kenapa
gambarnya terlihat pecah. Kemungkinan memang low res atau file gambar tidak disertakan dalam file inDesign. Mutu
kertas juga membuat novel ini tidak bisa dibaca jika pencahayaan kurang sedikit
saja. Tapi, pemilihan kertas kovernya membuat saya tak berhenti menyentuhnya
berkali-kali, he he.
Walau begitu, Geun Yong dan Hu Joon berhasil
menunjukkan bahwa benci itu dapat berarti ‘benar-benar cinta’. Tidak ada yang
dapat menjamin perasaan seseorang dan hati dapat dibolak-balik kapan saja. Dialog mereka sangat menyegarkan. Bahkan, aku pribadi ingin sekali membekap mulut Geun Yong kalau ia mulai mengoceh :) Heran bagaimana Hu Joon bisa tahan pada wanita satu ini.
Karakter paling malang di buku ini mungkin In Hyong. Setelah ia melepas Hu Joon, ternyata kehidupannya tidak berubah menyenangkan, bahkan ia harus berakhir tragis. Namun, aku salut pada In Hyong karena ia bukanlah gadis jahat, melainkan hanya 'korban' dan seharusnya ia dapat hidup lebih baik lagi.
Karakter paling malang di buku ini mungkin In Hyong. Setelah ia melepas Hu Joon, ternyata kehidupannya tidak berubah menyenangkan, bahkan ia harus berakhir tragis. Namun, aku salut pada In Hyong karena ia bukanlah gadis jahat, melainkan hanya 'korban' dan seharusnya ia dapat hidup lebih baik lagi.
Cemburu itu seperti melon. Tidak ada nutrisinya.
Aku tidak sabar menunggu drama berjudul sama karena
aku optimis versi dramanya akan jauh lebih menarik daripada bukunya. Aku bahkan
sudah membayangkan ingin mengeplak kepala Geun Yong yang tak kalah
menyebalkannya dibandingkan Hu Joon ^^
Dia bagaikan lotre yang hilang. Sudah tahu tak berguna, tetap saja dicari.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus