The Apartment
Penulis: Vindri Prachmitasari
Penerbit: Media Pressindo
Terbit: Juli 2012
Oh, no. It's another Korean...
Pikiran itu langsung terlintas begitu saya membaca sinopsis The Apartement. Sejujurnya, saya muak dengan segala hal berbau Korea. Bukan saya membenci Korea, lho. Saya juga tetap menonton beberapa K-drama, mendengarkan lagu-lagunya, dan tahu beberapa nama selebritisnya. Namun, yang membuat saya bosan di sini adalah lagi-lagi penulis kita memakai seting atau apa pun berembel-embel Korea dalam novelnya... Saya tahu Korea sedang happening dan mungkin hal ini masih akan bertahan beberapa saat ke depan, tapi haruskah kita menggunakan seting Korea dalam novel anak bangsa?
Oh, well...
Secara garis besar, The Apartement bercerita mengenai Yuri Anaztasia yang dengan kejaiban alam dan Tuhan yang sangat, sangat bermurah hati, bisa memenangkan undian berhadiah apartemen di Korea, lengkap dengan segala isinya, akomodasi, dan apa saja yang diperlukan seseorang untuk pindah ke Korea sehingga Yuri cukup bawa badan saja ke sana. Oh, wow. Tanpa memikirkan pekerjaannya di Indonesia (kalau memang Yuri bekerja sebelumnya) atau keluarganya yang tinggal Mama dan seorang adik yang masih duduk di bangku SMU atau persiapan apa pun (misalnya bagaimana dia hidup nantinya di Korea atau minimal bagaimana cara berkomunikasi di sana), Yuri memilih hengkang ke Korea. Perjalanannya mencari ke apartemen juga begitu dimudahkan Tuhan sampai akhirnya Yuri memasuki apartemennya, tidur, dan menemukan ada seorang cowok tidur di sebelahnya ketika ia terbangun. Kalap, Yuri mengamuk, berteriak-teriak pada cowok misterius itu, menuduhnya sebagai pemerkosa, dan memukulinya sampai... ia mengetahui kalau ialah yang salah masuk kamar. Kehidupan Yuri di Korea mulai bergulir...
Butuh waktu lama bagi saya menyelesaikan novel ini. Saya adalah tipe orang yang berhenti membaca jika sebuah cerita tidak berhasil membuat saya tertarik. Rasa penasaran mengetahui bagaimana akhir novel The Apartement ini nyaris dikalahkan oleh keinginan saya meletakkan novel ini dan menggantinya dengan judul lain. Namun, rasa penasaran itu akhirnya menang, terlebih saya telah membacanya sampai setengah buku. Syukurlah novel ini tidak sampai 200 halaman.
Anyway, banyak sekali kejanggalan yang menurut saya tidak masuk akal. Misalkan saja, bagaimana bisa Yuri SALAH MASUK KAMAR? Bolehlah ia salah melihat nomor, tapi, halooo? Kunci kamar Yuri tidak mungkin dapat digunakan untuk membuka kunci kamar Lee Ha Jae, bukan? Kalau memang itu bisa terjadi, kasus pencurian di apartemen mungkin menjadi hal yang lumrah. Selain itu, saya tidak dapat mengerti bagaimana bisa kamar 396 dan kamar 369 yang selisih angkanya hingga 27 bisa BERSEBELAHAN? Apakah apartemen di Korea ini dinomori secara acak? Jika saja posisi kamar diganti berhadap-hadapan masih masuk akal, tapi bersebelahan? Ada juga kasus saat Yuri tertidur di dalam mobil orang yang katanya lupa dikunci? Waduh, apakah orang-orang Korea zaman sekarang hobi meninggalkan mobilnya dalam keadaan tidak terkunci?
Yuri mengatakan kalau orang Korea rata-rata tidak mengerti bahasa Inggris. Bahkan Yuri harus mengeluarkan kamus percakapan bahasa Korea di awal-awal cerita. Namun, seiring berjalannya waktu, orang-orang Korea di sekitar Yuri dengan ajaib lancar berbahasa Inggris atau Yuri yang langsung cas-cis-cus berbahasa Korea? Entahlah, yang pasti Yuri tidak mengalami kendala bahasa yang biasanya menjadi momok bagi pendatang baru di sebuah negara asing yang bahasa maupun tulisannya sangat berbeda.
Dan lagi-lagi, tidak seperti pendatang jobless pada umumnya, selama di Korea, Yuri tidak memusingkan biaya hidupnya di sana. Dan dengan anugerah Tuhan, entah bagaimana caranya Yuri dapat diterima sebagai REPORTER sebuah tabloid gosip, mengingat Yuri tidak bisa berbahasa Korea sama sekali. Bahkan, CATAT, ia tidak tahu siapa yang harus ia liput. Yuri sendiri bisa dibilang tidak memiliki pengalaman sebagai seorang reporter karena sang bos yang berhati bagai malaikat mau mengajarinya meliput berita... dan Yuri menggerutu karena hal ini? Come on! Yuri sama sekali tidak digambarkan mengalami kesulitan saat meliput, bahkan kapan ia belajar menjadi reporter pun tidak dibahas sama sekali.
Keanehan lain menghantui Lee Ha Jae. Cowok tampan misterius berpenampilan awut-awutan ini ternyata ada hubungannya dengan Jae Hae Sung yang, lagi-lagi dengan campur tangan Tuhan, harus diliput oleh Yuri. Siapa sangka kalau ternyata mereka adalah orang yang sama? Hae Sung meninggalkan dunia artis ketika Hyoen Hye, kekasihnya, tewas dalam sebuah shooting film setahun lalu. Dan dengan aman sentosa, Hae Sung dapat hidup sebagai Ha Jae tanpa ada yang menyadarinya sama sekali? Saat Hyoen Hye yang bangkit dari kubur mengetuk pintu apartemen Ha Jae, cowok itu langsung mendapat wangsit untuk kembali ke dunia artis. Tapi, tetap dengan santainya berkeliaran di taman atau restoran sebagai Hae Sung tanpa takut dikejar-kejar penggemar setianya tanpa menyamar.
Saya ingin tahu bagaimana publik Korea dapat dikibuli oleh berita kematian Hyoen Hye sampai Hae Sung harus berkubang dalam duka nestapa selama setahun sementara Hyoen Hye malah dapat menikah?
Saya pernah membaca tulisan Clara Ng bahwa kekurangan utama para penulis kita adalah memberikan kemudahan para tokohnya yang menghadapi segudang masalah dengan KEBETULAN. Dan Yuri adalah salah satu makhluk Tuhan yang diberi begitu banyak kemudahan. Selain memenangkan apartemen, kebetulan sekali Yuri harus bersebelahan dengan Lee Ha Jae yang kebetulan seorang artis juga. Kebetulan juga Yuri dapat diterima menjadi reporter tabloid gosip yang harus membongkar ke mana hilangnya Lee Hae Sung dan memiliki bos yang tak kalah tampan bernama Kim Jae Hoon. Jangan lupakan kebetulan kalau Ha Jae dan Jae Hoon ternyata dulu memperebutkan cewek yang sama, Hyoen Hye, dan sekarang... Yuri. Catat juga bahwa kebetulan saat ponsel Yuri tertinggal di toilet, yang menemukannya adalah Ha Jae. Dan campur tangan Tuhan masih bermain saat kebetulan Ha Jae yang sedang makan bersama Yuri di restoran menangkap basah Hyoen Hye bermesra-mesra ria bersama suaminya...
Saya sama sekali tidak menyukai karakter Yuri. Entah kenapa, ia senang sekali berteriak-teriak dan menuduh setiap cowok yang berbuat baiknya padanya sebagai pemerkosa. Yuri sering bertindak tanpa berpikir dan tidak belajar dari pengalaman. Ia juga plin-plan. Sekarang benci, besok jinak, sesaat kemudian garang lagi. Ia sama sekali tidak merasa kalau ia hidup di negeri orang dan seharusnya ia menyesuaikan diri dengan gaya hidup di sana.
Saya juga tidak dapat menemukan chemistry antara Yuri dengan Ha Jae ataupun Jae Hoo sehingga saya mempertanyakan apa bagusnya cewek manja satu ini untuk disukai? Alur ceritanya naik turun tidak jelas, sampai saya pun menuduh Ha Jae plin plan dan Jae Hoo akan menyambar siapa pun cewek yang menjadi tokoh utama cerita ini.
Saya juga tidak mengerti apa yang menjadi pertimbangan menggunakan berbagai macam sudut pandang penulisan. Pada banyak bagian, tokoh utama adalah Yuri sebagai 'aku'. Tapi, di beberapa bagian lainnya, sudut pandang menjadi orang ketiga entah bercerita mengenai Ha Jae atau Jae Hoon. Kenapa penulis tidak sekalian mengambil sudut pandang 'aku' dari tiga orang tokoh atau orang ketiga saja? Gara-gara ketidakkonsistenan sudut pandang ini, penulis melakukan beberapa kesalahan dengan menulis aku dengan Yuri atau Yuri dengan aku.
Ya, ini adalah sebuah novel debut Vindri Prachmitasari yang dikemas dengan begitu manis dan menarik (walau saya mempertanyakan esensi sakura di kover dan dalam buku yang tidak ada relevansinya sama sekali dengan apa pun dalam cerita), serta dibandol dengan harga yang cukup bersahabat. Tapi, saya yakin sekali, bila dilakukan riset yang lebih menyeluruh serta kerjasama yang baik antara penulis dan editor dalam menambal 'lubang' dalam cerita, novel ini akan menjadi sebuah bacaan yang sangat menghibur.
Dan menurut saya, akan lebih baik lagi jika novel dibuka langsung pada kejutan saat Yuri menemukan dirinya tertidur seranjang dengan Ha Jae dibandingkan dengan pengumuman kalau Yuri memenangkan hadiah undian. Konflik-konflik yang muncul dapat dibumbui dengan segala kesulitan hidup Yuri di Korea TANPA mendapat bantuan dari siapa pun.
Oh, ya, saya bersyukur sekali bahwa tidak terlalu banyak ungkapan dalam bahasa Korea yang muncul di novel The Apartement, tapi mungkin ada baiknya tata bahasa Inggris yang digunakan diperiksa kembali agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan kecil yang cukup mengganggu.
Saya harap Mbak Vindri terus dapat mengembangkan novel-novelnya, karena tidak akan ada pasir yang halus sebelum bebatuan menghadapi kerasnya kikisan alam.
"Oh no, another Korean novel..."
BalasHapusini reaksi saya juga kalau melihat cover2 novel yang 'berhiaskan' Korea, entah itu terjemahan, buku bergambar dari drama Korea, karya penulis lokal, dan fanfic yang memakai nama2 selebritis Korea.
Lagi booming?IYA.
Novel karya anak bangsa mau memakai setting Korea, juga sesuka hati si penulis kok.
Yang bikin bertanya-tanya,jelas aneka kejanggalan yang sudah dipaparkan oleh Vani Mursili :D
benar-benar mirip lagu Big Bang, WOW,Fantastic Baby
Yang saya kagumi dari Mbak Mursili ini adalah,kenekatannya untuk terus membaca (rasa penasaran memang hebat)dan menyelesaikan novel ini,bahkan menganalisis kejanggalan dan memberikan masukan.
Maklum, sebagai pembaca, saya masih suka malas menulis review,entah itu novel yang bagus atau malah bikin hati menyesal sudah merogoh kocek utk membelinya.
Semoga kritikan dan saran yang diberikan oleh Mbak Mursili,dapat menjadi masukan bagi penulis.
Buat yang bertanya-tanya siapakah Mbak Mursili itu,beliau adalah si empunya blog ini
*salam 3 jari*
dan Finnick masih disembunyikan Mbak Mursili...
Sebetulnya nggak usah pake seting Korea jg bkn masalah, kan, ya? Malah akan jauh lebih masuk akal kalau setingnya di Indo.
HapusP.S. Finnick ga diumpetin, kok, dia lg main sama Kail di gua, fufu.