Photobucket

Selasa, 11 Desember 2012

Mencicip Amore: Cinderella Tuathina


    • Penulis : Mimosa Q.
    • Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
    • Ukuran : 13.5 x 20 cm
    • Tebal : 208 halaman
    • Terbit : Agustus 2012
    • Kover : Softcover
    • ISBN : 978-979-22-8720-2

Awalnya, saya kira Amore ini adalah lini baru novel terbitan Gramedia. Oke, ralat, mungkin lini bukanlah istilah yang tepat. Mungkin seharusnya saya menyebutnya "genre"? Setelah Teenlit, Metropop, dan sejenisnya, sekarang ada logo Amore yang menandakan bahwa isi novel ini sedikit banyak akan berbeda dengan novel-novel yang telah terbit sebelumnya. Karena Amore sendiri kurang lebih berarti 'cinta', saya langsung membayangkan novel-novel roman Harlequinn yang sangat kental muatan cintanya. Apakah Amore ini menyerupai Harlequinn? Mari kita lihat...

Entah karena Amore ini adalah 'anak baru' Gramedia atau alasan lain, dari sedikit judul yang terlihat mata, desain kover novel-novel Amore cenderung tidak seragam. Belum ada ciri khas yang mencerminkan bahwa novel ini memiliki label Amore kecuali dari logonya. Asumsi saya, Amore masih dalam tahap pencarian jati diri dan ciri khasnya.

Sadira Devi, seorang gadis Indonesia, yang berkerja sebagai housekeeper di Hotel Rosalle di Tuathina, sebuah negara kecil dekat Italia, bertemu kembali dengan Zeus, cintanya di masa lalu. Siapa sangka, Zeus yang semakin tampan dan dewasa, mengajaknya makan malam romantis untuk kemudian kembali... mencampakkanya untuk kedua kalinya dengan kata-kata yang menorehkan luka mendalam di hati.

Seakan 'tamparan' bagi Sadira masih kurang, ia harus menghadapi badai salju yang mencegahnya keluar dari hotel tempat Zeus melemparnya bak lap pel. Agar diperbolehkan menumpang tidur di gudang karyawan, akhirnya Sadira memohon pada manajer hotel agar diperbolehkan menjadi housekeeper sementara selama badai. Apalagi kondisi hotel saat itu cukup ramai dan tambahan satu orang tenaga housekeeper akan sangat membantu. Jadilah Sadira pegawai hotel dadakan di sana dan dengan sangat terpaksa melayani penghuni kamar 513 yang sangat menyebalkan. Bagaimana tidak? Cowok yang tidak kalah ganteng dibandingkan Zeus itu hobi sekali menyiksa para housekeeper. Ia akan memastikan setiap sudut ruangan kamarnya dibersihkan. Kalau perlu, harus diulang dua atau tiga kali. Dan tentu saja, semuanya harus dilakukan dengan pengawasan ketat darinya! Sadira yang mulai merasa dirinya limbung, terselamatkan saat seorang staff housekeeper menjemputnya.

Sadira yang demam tinggi kaget setengah mati saat keesokan harinya terbangun di atas tempat tidur berlapis satin dengan hanya mengenakan pakaian dalam dan bukannya di gudang apek berdebu yang disiapkan oleh hotel tempatnya menumpang tidur! Jangan lupa, tambahkan seorang Alvaro yang menakjubkan, penghuni kamar 513, yang tertidur di sebelahnya... dan hanya mengenakan bokser. Eits, masih harus tambah satu kejutan lagi: Zeus juga menjadi saksi saat Sadira ada di tempat tidur Alvaro dengan pakaian minim.

Alvaro yang melihat situasi tersebut, menawarkan diri menjadi kekasih pura-pura Sadira. Apakah Sadira menerima tawaran tersebut? Bagaimana dengan cintanya pada Zeus? Apakah Sadira akan menemukan tambatan hatinya yang sesungguhnya?

Keluhan pertama saya dan terus berlanjut sampai halaman terakhir tercapai ada di bagian kover. Bukan desainnya, melainkan jenis kertas yang digunakan. Saya tidak tahu nama-nama kertas, tapi yang pasti kertas kover Cinderella Tuathina ini sangat kaku dan gampang terlipat. Belum apa-apa, kover novel saya sudah tertekuk-tekuk seakan patah dan hal ini sangat mengganggu saya. Seakan saya membaca buku ini dengan kasar, padahal yang terjadi sebaliknya. Buku yang cantik ini tampak seperti buku bekas yang dibaca oleh banyak orang...

Selain itu, saya menemukan beberapa kesalahan ketik yang walau mungkin tidak terlalu kentara, tapi sedikit banyak menganggu saya. Selain itu, di halaman  84 ada kesalahan yang sangat mengganggu di mana nama Alvaro malah tertulis sebagai Zeus...

Overall, menurut saya, ide cerita novel ini sebetulnya sudah basi. Sangat sesuai dengan judulnya, si miskin bertemu dengan si kaya, lalu mereka menjalin hubungan. Bukannya hal ini tidak mungkin terjadi, tapi... untuk saya terlalu banyak kebetulan dalam Cinderella Thuatina. Gampangnya saja, alangkah sempitnya dunia karena bisa-bisanya Sadira bertemu dengan sang mantan yang ingin dilupakan, tapi tidak bisa, di negara kecil di Eropa? Seakan belum cukup, kebetulan Sadira terjebak di hotel dan harus melayani Alvaro yang memiliki darah Indonesia (juga). Belum lagi, kebetulan Zeus dan Alvaro ternyata adalah sahabat dan mereka menjalin kerja sama. Tidak heran kalau kebetulan kedua pria yang sama-sama tampan, digilai para cewek, terkenal, kaya, memiliki separuh darah Indonesia, sama-sama jatuh cinta pada Sadira.

Di lain pihak, keseluruhan novel terlalu banyak membahas bagaimana perasaan Sadira (yang menurut saya terlalu berlebihan), juga penggambaran sosok Zeus atau Alvaro yang bak dewa. Saya jadi bertanya-tanya bagaimana sebetulnya kehidupan Sadira sebagai seorang housekeeper karena hampir seluruh halaman didominasi hal-hal di luar itu. Saya tidak tahu bagaimana cara Sadira membagi waktu antara menjadi housekeeper di sebuah hotel besar dan berkencan... Saya juga jadi menanyakan bagaimana Sadira mendapatkan sertifikat housekeeper internasional kalau begini cara kerjanya?

Chemistry antara Sadira dan Alvaro juga sama sekali tidak terasa. Alurnya seakan terburu-buru, sehingga saya tidak merasakan momen-momen berkesan yang membuat keduanya saling jatuh cinta. Mereka seakan-akan dipaksa untuk jatuh cinta sesuai skenario, bukan karena 'keinginan' masing-masing karakter. Selain Zeus dan Alvaro yang digambarkan too good to be true, Sadira juga diharuskan memiliki tampang cantik dan polos, dengan tubuh mungil yang akan membuat para pria paling tidak mencuri pandang minimal sekali padanya. Masa lalu antara Sadira dan Zeus juga tidak dibahas sama sekali (ya, buat saya SAMA SEKALI), padahal bila dipikirkan dengan akal sehat, bagaimana mungkin seorang rakyat jelata bisa menjalin hubungan dengan seorang pangeran? Saat Sadira kuliah? Sempatkah ia kuliah dengan kesibukannya mencari uang untuk pengobatan ibunya?

Seperti yang telah saya tulis sebelumnya, ide cerita novel ini mungkin saja sudah basi, tapi andaikan eksekusinya diubah sedikit, saya yakin Cinderella Thuatina akan menjadi cerita yang lebih berkesan (untuk saya). Saya berharap Zeus dan Alvaro tidaklah sesempurna itu. Dan mungkin saja ceritanya akan lebih masuk akal bila Sadira dan Zeus bertemu di Tuathina saat Sadira mendapat beasiswa kuliah di sana. Lalu, saat Sadira bekerja di hotel di Jakarta, Zeus yang memiliki darah Indonesia memang sengaja datang untuk mengurusi bisnis dari pihak neneknya. Alvaro sendiri adalah orang Indonesia tulen, yang tidak memiliki hubungan apa-apa dengan Zeus, kecuali sebagai saingan bisnis di bidang yang sama. Yah, saya yakin, dengan sedikit polesan, banyak revisi, dan bimbingan editor, Cinderella Tuathina ini akan jauh lebih menarik.

Novel debut Mimosa Q. dalam Amore ini mungkin akan menjadi batu pijakan pertama yang menjadi awal novel-novel berbobot karyanya lainnya. Saya yakin Mimosa akan dapat menulis lebih baik lagi ke depannya. Saya percaya.

Review ini diikutsertakan dalam "2012 End of Year Book Contest"

1 komentar:

  1. Iya, Amore masih blm jelas karakteristiknya, aku cuma bisa mendeskripsikannya sebagai "Harlequin Versi Indonesia".

    Beberapa terbitan Amore aku suka sih, kayak yg dari Sabrina Zeng itu, walau masih blm maksimal tapi eksekusi ceritanya lumayan lah.. tapi selain karya SZ aku ragu mau beli Amore lainnya :P

    Makasih ya review ketiganya. It's always a nice review :D

    Di tunggu review2 lainnya.. maksimal 5 review/orang ehehe :D

    BalasHapus