Photobucket

Selasa, 22 Januari 2013

Hangatnya Morning Sunshine


Saya mendapatkan buku ini dari barter dengan seorang teman yang kebetulan kedobelan. Saya sendiri pernah ikut acara giveaway Mbak Irin sendiri, sayangnya gagal mendapatkannya. Saat teman saya menawarkan barter buku Morning Sunshine ini, tak ayal saya langsung menyambarnya :)

Judul: Morning Sunshine
Penulis: Irin Sintriana
Penerbit: Media Pressindo
Tahun Terbit: Mei 2012

Sinopsis di kover belakang:

Dia melukis pelangi di hidupmu yang hitam putih.
Mengisi hari-harimu dengan kejutan-kejutan manis.
Menggenggam erat tanganmu, seolah tak akan pernah lagi melepasnya.

"Aku mencintaimu," katanya.
Dan kamu percaya bahwa hanya kamulah satu-satunya.

Kemudian kamu mendapati dirimu terkhianati.
Ingin sekali mengucapkan sesuatu, namun lidahmu terlalu kelu.
Airmatamu meleleh, genangan bening mengalir membentuk anak sungai di pipimu.

Ternyata, setahun saja tidak cukup.

Erish, seorang manager HRD di Cemerlang Group, harus menghadapi ‘hukuman’ dari sang direktur baru, Frans, gara-gara keteledorannya melupakan acara penyambutan beliau. Karena terburu-buru, Erish luupa mengganti pakaian rumahnya saat ia berpapasan dengan Frans. Alhasil, ia malah dipaksa pindah jabatan sebagai sekretaris pribadi sementara Frans. Seperti yang sudah diperkirakan, hubungan sebagai direktur dan sekretaris ini membuat keduanya dekat. Namun, kehadiran pria dari masa lalu Erish, juga tentangan dari ayah Frans, membuat hubungan keduanya berantakan. Apakah Erish harus melepaskan cintanya lagi kali ini?

“Bukankah aku pernah bilang padamu? Lebih baik aku kehilangan segalanya daripada harus kehilangan dirimu.” 

Erish adalah seorang wanita yang pernah menghadapi pahitnya dikhianati. Cintanya yang suci disia-siakan begitu saja oleh Damian, meninggalkan luka yang begitu dalam di hatinya. Ia menjadi seorang pribadi yang agak tertutup (tapi juga terbuka?). Kenapa saya bilang tertutup? Karena ia tidak ingin membagikan kisah masa lalunya pada siapa pun, juga terlalu terharu biru saat ia harus berhadapan kembali dengan Damian. Kenapa terbuka? Karena saya merasakan tindakan atau kata-kata yang diucapkan Erish tidak terlalu terkesan tertutup. Sebagai seorang manager HRD, saya juga merasakan kalau Erish kurang ‘tegas’. Begitu ia disakiti oleh Damian, saat pria itu memintanya kembali, Erish pun bersedia ‘kembali’….

“Melupakan berarti berusaha menghapus kenangan, sedangkan merelakan berarti belajar melepaskan.” 

Frans sendiri adalah tipe seorang pria yang… yah, mungkin dalam jajaran cowok yang bisa dibilang sempurna? Walau-entah-bagaimana-caranya ia bisa langsung suka pada Erish (mungkin karena kesan pertama yang begitu amburadul), ia adalah sosok pria yang mudah untuk disukai. Selain fisiknya yang oke dan status direkturnya, ia juga pria yang mau berjuang demi orang yang dia cintai.

“Sederhana saja, karena dia bukan yang terbaik.” 

Damian sendiri… Hm, menurut saya Damian tidaklah sebrengsek yang saya bayangkan. Saya berharap Damian seorang karakter yang bisa saya maki-maki, tapi pada akhirnya ia adalah seorang pria yang dibutuhkan untuk membangun cerita agar berjalan.

Banyak masalah yang dihadapi oleh Erish, juga Frans. Namun, saya merasakan bahwa banyak juga ‘kebetulan’ agar Erish tidak terlalu bersusah payah menyelesaikan masalah yang ia hadapi. Misalnya saja… di antara begitu banyak orang dan perusahaan di dunia ini—ralat, Indonesia—entah kenapa, perusahaan Frans begitu ‘tergantung’ pada perusahaan kakak Damian. Dan begitu hebatnya peran si perusahaan ini sampai-sampai Erish harus mengorbankan perasaannya dan kembali pada Damian demi kontrak yang akan didapatkan perusahaan Frans.

Frans sendiri sempat begitu kecewa saat Erish mengaku kalau ia kembali pada Damian karena ia ingin Frans tidak mengharapkan dirinya. Namun, dalam waktu yang sangat singkat, kurang lebih setengah hari (?), Frans sudah tahu duduk perkara sebenarnya dan kembali mesralah hubungan Frans dan Erish.

Seperti cerita-cerita cinta pada umumnya, peran ortu yang tidak setuju biasanya juga menjadi salah satu momok. Begitu pula dalam hubungan Erish dan Frans. Ayah Frans sangat tidak menyetujui kalau Erish menjadi bakal calon menantunya. Tapi, saya tidak melihat alasan kuat kenapa beliau begitu ingin menjauhkan Erish dari Frans… Dan dengan segala tipu daya licik yang digalakkan oleh ayah Frans, saya merasa penyelesaian pertikaian di antara mereka terlalu mudah.

Sejak awal, Irin Sitriana sudah membuat kemasan yang cantik untuk promosi buku-bukunya, termasuk Morning Sunshine. Trailernya begitu memikat, menggugah rasa penasaran saya (salut!). Sayangnya, pengemasan novel ini tidak sememikat yang saya harapkan. Bahkan saya sempat ragu kalau novel ini diterbitkan secara major… Memang, kita tidak boleh menghakimi sesuatu dari luarnya saja. Hanya saja, saya merasa sayang novel ini kurang dikemas dengan maksimal.

Novel ini termasuk tipis, tapi padat. Mungkin karena itu alur terasa cepat sekaligus lambat. Kenapa begitu? Masalah demi masalah datang menghampiri Erish, tapi penyelesaian demi penyelesaian juga langsung mengikuti. Seakan istilah ‘setelah gelap terbitlah terang’ itu berlaku padanya. Andaikan beberapa konflik lebih diperdalam dan Erish dibuat kesulitan untuk menyelesaikannya, saya akan merasakan ‘greget’ yang lebih. Lalu, kenapa juga saya nilai lambat? Karena beberapa adegan digambarkan terlalu bertele-tele. Misalnya, bab 1. Akan lebih seru kalau adegannya dibuka dengan pertengkaran Erish dan Frans karena keteledoran Erish.

Saya juga salut pada Irin yang berhasil membuat kalimat-kalimat romantis di sepanjang isi buku ini. Yang mungkin agak terasa janggal adalah Frans yang mengatakan kalimat-kalimat romantis itu panjang lebar. Saya belum pernah bertemu seorang pria yang dapat memikirkan kalimat seromantis dan sepanjang itu. Mungkin memang ada pria seperti Frans di dunia ini.

“Dan akan ia lakukan apapun untuk membuat wanita itu tetap tersenyum. Karena ia mengenal bahagia saat melihat wanita itu tertawa.” 

Pembaca yang tidak menyukai sinetron mungkin juga tidak menyukai cerita ini. Morning Sunshine mirip seperti sebuah FTV, sehingga saya masih begitu menikmati membacanya sampai halaman terakhir. Irin Sintriana membuktikan bahwa tulisannya terus mengalami peningkatan. Ia juga pandai menjalin komunikasi yang baik dengan para pembacanya.

Hal lain yang harus digarisbawahi dari novel ini: jangan pernah berhenti bergerak maju. Masa lalu adalah masa lalu, ia bisa menjadi bagian dari masa depanmu. Tapi, bukan berarti kau harus terpaku padanya.

"Tahu bedanya melupakan dan merelakan? Melupakan berarti berusaha menghapus kenangan, sedangkan merelakan berarti belajar melepaskan. Dan kenangan tidak mungkin dihapus. Yang perlu kamu lakukan adalah merelakannya, menutup rapat pintu itu."

P.S. Saya salut pada Mbak Irin yang tidak memakai seting Korea dalam novelnya.

Dibuat dalam rangka Lomba Review Karya Irin Sintriana.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar