Saya
mendapatkan buku ini dari barter dengan seorang teman yang kebetulan kedobelan. Saya sendiri pernah ikut acara
giveaway Mbak Irin sendiri, sayangnya
gagal mendapatkannya. Saat teman saya menawarkan barter buku Morning Sunshine ini, tak ayal saya langsung
menyambarnya :)
Judul: Morning Sunshine
Penulis: Irin Sintriana
Penerbit: Media Pressindo
Tahun Terbit: Mei 2012
Sinopsis
di kover belakang:
Dia
melukis pelangi di hidupmu yang hitam putih.
Mengisi hari-harimu dengan kejutan-kejutan manis.
Menggenggam erat tanganmu, seolah tak akan pernah lagi melepasnya.
"Aku mencintaimu," katanya.
Dan kamu percaya bahwa hanya kamulah satu-satunya.
Kemudian kamu mendapati dirimu terkhianati.
Ingin sekali mengucapkan sesuatu, namun lidahmu terlalu kelu.
Airmatamu meleleh, genangan bening mengalir membentuk anak sungai di pipimu.
Ternyata, setahun saja tidak cukup.
Mengisi hari-harimu dengan kejutan-kejutan manis.
Menggenggam erat tanganmu, seolah tak akan pernah lagi melepasnya.
"Aku mencintaimu," katanya.
Dan kamu percaya bahwa hanya kamulah satu-satunya.
Kemudian kamu mendapati dirimu terkhianati.
Ingin sekali mengucapkan sesuatu, namun lidahmu terlalu kelu.
Airmatamu meleleh, genangan bening mengalir membentuk anak sungai di pipimu.
Ternyata, setahun saja tidak cukup.
Erish, seorang manager HRD di Cemerlang Group,
harus menghadapi ‘hukuman’ dari sang direktur baru, Frans, gara-gara
keteledorannya melupakan acara penyambutan beliau. Karena terburu-buru, Erish luupa
mengganti pakaian rumahnya saat ia berpapasan dengan Frans. Alhasil, ia malah
dipaksa pindah jabatan sebagai sekretaris pribadi sementara Frans. Seperti yang
sudah diperkirakan, hubungan sebagai direktur dan sekretaris ini membuat
keduanya dekat. Namun, kehadiran pria dari masa lalu Erish, juga tentangan dari
ayah Frans, membuat hubungan keduanya berantakan. Apakah Erish harus melepaskan
cintanya lagi kali ini?
“Bukankah aku pernah bilang padamu? Lebih baik
aku kehilangan segalanya daripada harus kehilangan dirimu.”
Erish adalah seorang wanita yang pernah
menghadapi pahitnya dikhianati. Cintanya yang suci disia-siakan begitu saja
oleh Damian, meninggalkan luka yang begitu dalam di hatinya. Ia menjadi seorang
pribadi yang agak tertutup (tapi juga terbuka?). Kenapa saya bilang tertutup?
Karena ia tidak ingin membagikan kisah masa lalunya pada siapa pun, juga
terlalu terharu biru saat ia harus berhadapan kembali dengan Damian. Kenapa
terbuka? Karena saya merasakan tindakan atau kata-kata yang diucapkan Erish
tidak terlalu terkesan tertutup. Sebagai seorang manager HRD, saya juga merasakan
kalau Erish kurang ‘tegas’. Begitu ia disakiti oleh Damian, saat pria itu
memintanya kembali, Erish pun bersedia ‘kembali’….
“Melupakan berarti berusaha menghapus kenangan,
sedangkan merelakan berarti belajar melepaskan.”
Frans sendiri adalah tipe seorang pria yang…
yah, mungkin dalam jajaran cowok yang bisa dibilang sempurna? Walau-entah-bagaimana-caranya
ia bisa langsung suka pada Erish (mungkin karena kesan pertama yang begitu
amburadul), ia adalah sosok pria yang mudah untuk disukai. Selain fisiknya yang
oke dan status direkturnya, ia juga pria yang mau berjuang demi orang yang dia
cintai.
“Sederhana saja, karena dia bukan yang
terbaik.”
Damian sendiri… Hm, menurut saya Damian
tidaklah sebrengsek yang saya bayangkan. Saya berharap Damian seorang karakter
yang bisa saya maki-maki, tapi pada akhirnya ia adalah seorang pria yang
dibutuhkan untuk membangun cerita agar berjalan.
Banyak masalah yang dihadapi oleh Erish, juga
Frans. Namun, saya merasakan bahwa banyak juga ‘kebetulan’ agar Erish tidak
terlalu bersusah payah menyelesaikan masalah yang ia hadapi. Misalnya saja… di
antara begitu banyak orang dan perusahaan di dunia ini—ralat, Indonesia—entah kenapa,
perusahaan Frans begitu ‘tergantung’ pada perusahaan kakak Damian. Dan begitu
hebatnya peran si perusahaan ini sampai-sampai Erish harus mengorbankan
perasaannya dan kembali pada Damian demi kontrak yang akan didapatkan
perusahaan Frans.
Frans sendiri sempat begitu kecewa saat Erish
mengaku kalau ia kembali pada Damian karena ia ingin Frans tidak mengharapkan
dirinya. Namun, dalam waktu yang sangat singkat, kurang lebih setengah hari (?),
Frans sudah tahu duduk perkara sebenarnya dan kembali mesralah hubungan Frans
dan Erish.
Seperti cerita-cerita cinta pada umumnya, peran
ortu yang tidak setuju biasanya juga menjadi salah satu momok. Begitu pula
dalam hubungan Erish dan Frans. Ayah Frans sangat tidak menyetujui kalau Erish
menjadi bakal calon menantunya. Tapi, saya tidak melihat alasan kuat kenapa
beliau begitu ingin menjauhkan Erish dari Frans… Dan dengan segala tipu daya
licik yang digalakkan oleh ayah Frans, saya merasa penyelesaian pertikaian di
antara mereka terlalu mudah.
Sejak awal, Irin Sitriana sudah membuat kemasan
yang cantik untuk promosi buku-bukunya, termasuk Morning Sunshine. Trailernya
begitu memikat, menggugah rasa penasaran saya (salut!). Sayangnya, pengemasan
novel ini tidak sememikat yang saya harapkan. Bahkan saya sempat ragu kalau
novel ini diterbitkan secara major… Memang, kita tidak boleh menghakimi sesuatu
dari luarnya saja. Hanya saja, saya merasa sayang novel ini kurang dikemas
dengan maksimal.
Novel ini termasuk tipis, tapi padat. Mungkin
karena itu alur terasa cepat sekaligus lambat. Kenapa begitu? Masalah demi
masalah datang menghampiri Erish, tapi penyelesaian demi penyelesaian juga
langsung mengikuti. Seakan istilah ‘setelah gelap terbitlah terang’ itu berlaku
padanya. Andaikan beberapa konflik lebih diperdalam dan Erish dibuat kesulitan
untuk menyelesaikannya, saya akan merasakan ‘greget’ yang lebih. Lalu, kenapa
juga saya nilai lambat? Karena beberapa adegan digambarkan terlalu
bertele-tele. Misalnya, bab 1. Akan lebih seru kalau adegannya dibuka dengan
pertengkaran Erish dan Frans karena keteledoran Erish.
Saya juga salut pada Irin yang berhasil membuat
kalimat-kalimat romantis di sepanjang isi buku ini. Yang mungkin agak terasa
janggal adalah Frans yang mengatakan kalimat-kalimat romantis itu panjang
lebar. Saya belum pernah bertemu seorang pria yang dapat memikirkan kalimat
seromantis dan sepanjang itu. Mungkin memang ada pria seperti Frans di dunia
ini.
“Dan akan ia lakukan apapun untuk membuat
wanita itu tetap tersenyum. Karena ia mengenal bahagia saat melihat wanita itu
tertawa.”
Pembaca yang tidak
menyukai sinetron mungkin juga tidak menyukai cerita ini. Morning Sunshine
mirip seperti sebuah FTV, sehingga saya masih begitu menikmati membacanya
sampai halaman terakhir. Irin Sintriana membuktikan bahwa tulisannya terus
mengalami peningkatan. Ia juga pandai menjalin komunikasi yang baik dengan para
pembacanya.
Hal lain yang harus digarisbawahi dari novel ini: jangan pernah berhenti bergerak maju. Masa lalu adalah masa lalu, ia bisa menjadi bagian dari masa depanmu. Tapi, bukan berarti kau harus terpaku padanya.
"Tahu bedanya melupakan dan merelakan? Melupakan berarti berusaha menghapus kenangan, sedangkan merelakan berarti belajar melepaskan. Dan kenangan tidak mungkin dihapus. Yang perlu kamu lakukan adalah merelakannya, menutup rapat pintu itu."
P.S. Saya salut pada Mbak Irin yang tidak memakai seting Korea dalam novelnya.
P.S. Saya salut pada Mbak Irin yang tidak memakai seting Korea dalam novelnya.
Dibuat dalam rangka Lomba Review Karya Irin Sintriana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar